Text
Telaga Kasih Sayang Gus Beh
Mengenang almaghfurlah KH. M. Badawi Umar, S.Q. (Sapaan akrab, Gus Beh) berarti mengenal kembali sosok beliau semasa hidup di dunia. Kiranya, isi dalam tulisan ini nanti lebih banyak mengulas tentang cerita bersama Gus Beh dari sisi penulis saat di MA Almaarif Singosari. Berawal dari secuil kisah pertama kali penulis melihat sosok Gus Beh di MA Almaarif Singosari, sewaktu sama-sama berada di ruang guru sekitar bulan Juli tahun 2014 silam. Kala itu, penulis yang masih berstatus sebagai guru baru MA Almaarif Singosari mencoba akrab dengan Gus Beh melalui salam dan bertegur sapa. Respons Gus Beh yang begitu santun dan ramah kepada siapapun memberikan kesan tersendiri khususnya bagi penulis saat itu hingga sampai sekarang.rnrnPribadi Gus Beh yang sederhana (tidak neko-neko) juga tampak sewaktu mengajar di MA Almaarif Singosari. Gus Beh tidak pernah merasa malu ketika berangkat mengajar ke MA Almaarif Singosari dengan mengendarai sepeda motor sendiri tanpa pernah terlihat diantar jemput oleh para santri atau abdi ndalemnya. Tentunya, pemandangan ini menyiratkan pesan bahwa beliau tidak pernah memposisikan dirinya ingin dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren Al-Islah Langgar Genteng, Singosari. Justru, kesederhanaan atau ketawadukan Gus Beh seperti inilah yang akan terus terkenang, lebih-lebih dapat menjadi suri teladan bagi siapapun yang melihatnya.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain